05 agustus 2006
Bukankah ini yang dinamakan hidup??? Kadang menangis dan kadang tertawa...kadang mengharap namun kadang tanpa tujuan.
Hari makin tua...hati makin tak menentu jua. Ingin mengadu, pada siapa? Bahkan tambatan hati pun sudah tak dapat kugapai.
Sedikit demi sedikit, kumulai berada di depan pintu impianku, menjadi seorang dokter hewan, lebih khususnya seorang dokter hewan praktek, itulah cita-citaku, walau baru satu tahun terakhir ini, gunung es yang membeku itu mulai sadar akan potensi dirinya sebenarnya, aku bisa...
Tak banyak yang dapat kuceritakan dalam cerita remajaku...saat seragam sekolah membalut masa puber dan saat jas almamater membingkai lamunanku.
Saat ini, aku masih memakainya...dipundakku ada setumpuk harapan dari orangtua yang dengan tulusnya terus membimbing tuk raih cita-cita, walau apapun itu, mereka ada disampingku, terus menggerakkan langkah kakiku dan menangis untuk menggenggam harapanku....
Aku...
Aku hanya seorang gadis yang penuh ambisi dan keras kepala, punya prinsip yang terus mengokohkan inginku, dulu...semenjak angan dan mimpi mulai terbentuk dan sekarang ada satu hal yang membuatku takut dengan mimpi yang semakin hari semakin melemahkan etika mata hatiku.
Aku sadar....masa-masa puncak dimana tatapan mata masih padaku, aku adalah seorang yang sombong...percaya diri dan tak ingin tersaingi oleh siapapun, dalam hal apapun dan dalam kondisis apapun. Ada yang tak kumengerti....tak selamanya mahkota itu bertahta dikepalaku, karna semua ada masanya....
Ingatku pada mereka yang menghadiahkan mahkota itu padaku, mereka yang selalu menyanjung dan memujiku...
Aku bersyukur pada sang maha Adil telah menciptakanku dan memberiku kesempatan menikmati dunia ini. Memiliki orang tua yang amat sangat menyayangiku, adik-adik yang begitu lucu dan sahabat-sahabat yang melindungiku...
Siang itu, sepulang sekolah...ada keajaiban yang kusaksikan sendiri, aha....aku punya adik lagi, seorang gadis mungil yang lucu, bibirnya begitu merah, kulitnya begitu lembut dan tatapannya seolah memberi fatwa angin surga. ”yusnita dewi”, gadis mungil itu diberi nama yang aku tak tau atas inspirasi apa hingga nama itu yang jadi simbolisnya. Saat itu, keluargaku begitu bahagia, seorang ibu yang begitu sabar dan menyayangi anak-anaknya dan seorang ayah yang begitu kerasnya menghidupi keluarga, walau aku masih kecil, aku melihat keringat itu karna sayang yang begitu dalam terhadap kami anak-anaknya. Terima kasih pada orangtuaku yang amat sangat kusayangi....
Saat ini, aku sudah begitu dewasa....fikirku semakin matang dan langkahku semakin pasti, ingatku tak pernah lepas akan cerita-cerita itu. Ibu...kau tau, gadis kecilmu yang dulu sering kau manjakan kini sudah begitu kuat menghadapi hidup ini, semua berkat bimbinganmu. Ingatkah, sewaktu seragam merah putih kupakai, kau sering menanyakan apa cita-citaku, aku tak ragu untuk menjawab, ”aku ingin jadi guru, seperti ibu”. Huh...saat ini, cita-cita itu sudah tak menjamuku lagi, entahlah....aku merasa tak berbakat menjadi pengajar, aku lebih menyukai bekerja sendiri tanpa harus komunikasi dengan banyak orang. Hidup memang tak harus statis...
Kenapa aku harus berpisah dengan keluargaku?, bukan hal mudah tapi semua demi masa depan, aku memilihnya dan siap dengan kontribusi yang akan terjadi. Jangan katakan aku tak bersedih saat sendiri tanpa kalian, walau tangis adik-adikku sangat mengganggu fikiran, kini kusadar tangis itu adalah luapan api kesuksesan buat keluargaku. Ayah...ibu....aku melihat kebanggan dimata kalian dengan prestasiku. Bukan sombong, aku selalu jadi bintang disetiap kompetisi.
Kau ingat ibu...kelas 2 SD, aku sudah mengikuti kompetisi dan sainganku adalah kelas enam, begitu hebatnya anakmu ini. Dan perjalannaku semasa SD membuatmu bangga padaku. Banyak sekali teman-teman cowok yang mengikutiku, aku jadi merepotkanmu, ibu...ya...karna setiap pulang sekolah airmata membasahi pipiku, aku kesal dengan tingkah mereka.....hingga aku memilih sekolah ditempat yang berbeda.
Apa senyumku begitu manis, ibu??? Hum...hingga saat akupun sudah meranjak remaja, dengan seragam Smp, aku masih berada dipuncak....
Mereka sangat mengagumiku...jujur, aku pun begitu bangga dengan kemampuanku. Aku selalu berada dibarisan depan, banyak mata yang terus memandang kearahku.
Bolehkah aku bercerita sedikit tentang cinta monyetku???
Aku menyukainya karna tatapan matanya yang indah. Tempat duduknya tepat dibelakangku. Cowok manis yang tidak begitu berani untuk memulai. Aku sering memergokinya sedang memperhatikanku....” july...tasnya jatuh”. Wow...ingatanku masih kuat dengan kata-kata itu. Dasar....aku tak menyahut ataupun melihatnya, tersenyum bersembunyi dengan tatapan masih kedepan, itulah yang kulakukan dan mengambil tasku yang jatuh. Sejujurnya, itu awal yang begitu lucu untukku berteman dengannya. Dia terus memperhatikannku tanpa berkata apa-apa, namun tatapannya begitu jelas memberi isyarat akan inginnya. ”july...nanti pulang bareng ya!”. ”mm...”.
Kenapa dia terus membuntutiku???. Tidak hanya didalam kelas, waktu istirahatpun, dia selalu berjalan dibelakangku. Hingga akhirnya kuberanikan diri tuk menanyakan hal itu padanya. ”aku ingin jadi temanmu”, ”bukankah semua orang disini punya hak untuk berteman dengan siapa aja tanpa harus membuntutinya?”. aku tak punya pilihan lain karna menurutku itu tawaran yang lumayan bagus, setidaknya untuk mengetahui dia lebih banyak.
”ada cowok yang naksir ma kamu”, ” mm...”. kami mulai akrab semenjak kedekatan itu. Ternyata dia bukan cowok pendiam seperti yang kubayangkan. Selera humornya begitu tinggi, ada banyak hal yang kusukai darinya, tidak terkecuali dengan tampangnya, so sweet...wajahnya unik dan beda denga cowok lain, punya lesung pipit dan senyum yang begitu menggoda. ”kamu kenal dengan Atno?”. ” ya...apa dia cowok yang kamu maksut?”.
Pada dasarnya aku bukan tipe cewek yang suka diuber-uber seperti itu, aku lebih tertarik dengan cowok sederhana tanpa over acting. Aku merasa baru beberapa bulan masuk sekolah, tapi...terlalu banyak masalah yang membebaniku. Aku belum mengerti apa itu pacaran, apa itu yang namanya cinta, yang ku tau hanya seringkali wajah seorang cowok mengikutiku. Dan pastinya, aku tak suka jika dalam pertemanan ada unsur lain. Aku memang dekat dengan Atno, aku mengaguminya, bahasa inggrisnya perlu diteladani, belajar lebih banyak, itulah yang membuatku dekat dengannya. Aku tak menyangka dibalik niat baiknya untuk mengajariku bhs inngris ternyata ia juga mengiginkan satu status. 2 minggu pertemanananku dengannya, ia sudah berani mengungkapkan perasaan, sepucuk surat yang ia selipkan disaku bajuku. Aku tak begitu mengerti apa yang ada dalam hatinya, entah berapa kali kalimat ” i love u” itu ia tuliskan disepanjang suratnya.
” aha...biar kutebak, Atno sudah mengatakannya ya”, ”lupakan”. Kenapa anak smp sepertiku sudah dihadapkan dengan cinta monyet seperti itu???. Apa aku harus mengingat kembali mereka-mereka yang telah mengungkapkan cintanya???.
”Hendri syahputra sikumbang”, namamu masih kuingat kan???. Aku bukan tak menghargai perasaanmu, sejujurnya, saat itu aku pun merasakan yang sama, aku merasa terlindungi dengan keberadaanmu disampingku. Dengan sikap cemburumu bila mereka mengejarku. Aku tak mengerti apa itu cinta, yang ku tau aku menyukaimu...
Kenapa aku menolakmu???, karna aku tak ingin menyakitimu...aku bukan cewek yang hanya betah dengan melihatmu saja, aku masih ingin mengenal lebih banyak, dan aku tak ingin terkekang, aku masih ingin bebas tanpa ada yang membuntutiku. Itulah alasanku untuk tidak memposisikanmu di tempat itu, maafkan aku...
Kamu memiliki nilai plus dimataku, setidaknya dengan penolakan itu tak merubah keadaan kita sebagai teman, malah kau semakin baik, berbeda dengan mereka yang tak bisa menerima kekalahan. Ingatkah dengan senandung lagu yang kau nyanyikan untukku???
3 tahun berakhir begitu cepat, diakhir masa smp, seorang teman yang merupakan saingan beratku dalam hal prestasi untuk pertama kalinya mau tersenyum padaku. ”july...apa kau tak ingin aku menulis pesan dan kesan untukmu?”, saat itu aku memang sedang minta biodata dari teman-teman karna sebentar lagi kita akan lulus. ” kamu juga punya jatah”. Aku iri padanya yang selalu berusaha mengalahkanku, walau sampai sekolah usai, aku selalu ada diperingkat juara umum tapi dengan selisih nilai yang tidak begitu jauh membuatku harus berhati-hati padanya. Aku tak pernah mendengar nama itu sebelumnya, tapi tiba-tiba ia muncul dengan nilai-nilai yang hampir menggeser posisiku. ”siapa? Boleh aku tau siapa namanya?”, ”khusnul yakin”. Sifat penasaranku memang tinggi, kulangkahkan kaki menuju kelas II 3, ”khusnul, ada yang mencarimu”. Aku penasaran seperti apa cowok ini, seperti apa tampangnya dan seperti apa kesombongannya. ”itu dia yang namanya khusnul”, aku memperhatikannya dari belakang, dan berjalan kearahnya. Oo...ini dia orangnya, lumayan...aku tak sempat berkenalan langsung dengannya.
Sejak saat itu, geraknya selalu mencuri pandanganku, entah mengapa...aku selalu mengikuti gerak-geriknya, aku tak tau apa yang kuingin darinya.
Pernah satu waktu, saat itu ada acara quiz dari guru bhs inggris, setiap yang kalah dapat hukuman. Kelompokku berlawanna dengan kelompoknya, awalnya khusnul dapat hukuman dan karena khusnul tidak bisa menjawab pertanyaan, ia dihukum joget di depan kelas. ”ooo...ternyata tuh cowok jago disco”.
Aku mulai mengaguminya, mulai tidak menganggapanya sebagai musuh tapi sebaliknya, aku mulai menyukainya...kita pernah surat2an dan masih dalam status teman dekat, hanya itu...entahlah darimu, walau kau pernah mengaku bahwa aku ini cewekmu, bagiku itu tak jadi soal tapi yang pasti tak ada komitmen antara kita....
Sampai akhirnya...dikelas 2 smu, diawal masuk sekolah...setelah cinta monyet itu, kumulai mengerti dengan yang namanya suka. Aku ingin punya someone yang bisa mengerti aku tapi siapa???
Aku pernah menghayalkannya....cowok cakep dengan mata indah dan senyuman yang manis tentunya. 0...god...mimpi apa aku semalam??? Dia berada tepat didepanku...
Aku masih ingat awal pertemuan itu...cinta pertamaku...aku memperhatikan cara bicaranya dan tak jarang aku tertangkap basah sedang menghayalkannya. ”jam berapa dek?”. hi...hi... akhirnya ia membuka pembicaraan denganku. Semenjak perkenalan itu, ia mulai dekat denganku. ”haloo...fit, sory kl abg br bisa nelpon skrg ya...sbnarnya ada yg mo abg omongin”...jgeeer....dia orang keberapa ya??? Caranya aja yang beda2...
Walau hatiku begitu senang dengan pernyataan cintanya, aku masih minta waktu tuk mikirin jawabannya....dan itulah kisahku dengannya. Cowok baik dengan penampilan prima, kau tau...sepupuku sangat suka denganmu. Dan kau tau...bg aswin begitu senang dengan hubungan kita, tapi...maaf jk pada akhirnya aku harus memutuskanmu. Ada satu hal yang belum bisa aku memahaminya, mungkin karna aku belum siap pacaran. Entahlah...apa bedanya pacaran biasa dengan orang dewasa, dan bagiku ada batas yang tidak boleh dilampaui.
Mungkin aku harus banyak belajar...intinya aku harus menunggu sampai siap ke arah sana. Lebih nyamannya aku hanya bisa berteman karena peraturan dalam hal pacaran tak mampu ku mematuhinya.
Aku bahagia karena ada seseorang yang mendukung persepsiku. Awalnya dia, ”hadi” yang ku kenal sombong dan angkuh itu tidak masuk dalam pergaulanku tapi...mungkin karena kami sering berantem, teman2 lain malah menganggap itu suatu trik buat pedekate. Dan aku tak menyangka, jika hal itu memang benar terjadi...dia menyukaiku???aku tak bisa pacaran karena beberapa hal, 1. aku bukan cewek yang suka terikat,2. pacaran dgnku ga bakalan bisa malam mingguan krn dlm keluargaku ga ada istilah main or pacaran sblm kerja,3. kita boleh dekat tp tdk ada kontak fisik. God...semua itu tak jd masalah baginya dan mmg itulah yg terjadi tak ada tuntutan ataupun kewajiban so semua berjalan seperti biasa.
Hadi...taukah kau kl aku merasa bersalah dgn semua itu. Dr awal ku membencimu hingga perlahan aku mulai menyukaimu. Kau cowok baik dan menghargai cewek. Aku ingat waktu itu kau bilang tanganmu sakit, aku tau maksutnya tapi...aku tidak tertipu dan kau...hi...hi...mukamu merah krn malu...sory...karna mmg kita sudah punya komitmen, ok!!!
Tapi aku begitu mengagumimu...sampai saat ini, keseriusanmu adalah modal utama meruntuhkan hatiku. Secara tdk langsung kau telah mengikatku hingga ku berfikir untuk melabuhkan hati ini pada yg lain. Dan itu tlh kau buktikan dgn penepatan janjimu kemarin, kau melamarku. Ya...dulu pun kau pernah berkata bahwa akulah cewek terakhir dihatimu.
Aku menghargai niat tulusmu tapi...entahlah...aku ragu dgn diriku sendiri, mampukah aku menyayangimu seperti kau menyayangiku??? Mampukah aku terus memikirkanmu sementara masih ada dalam fikirku seseorang yang sampai detik ini masih kusayangi???
Mudah2n tuhan memberi petunjuk bagiku, siapapun yang nantinya jadi pendampingku kan kuterima karna dialah yg terbaik untukku...
V3
No comments:
Post a Comment